23-08-2012 BUDDHA DHAMMA SEJATI Vs BUDDHA DHAMMA PALSU BUDDHA DHAMMA SEJATI Vs BUDDHA DHAMMA PALSU
Pada salah satu kotbahnya Sang Buddha Gotama menyatakan bahwa dalam proses berakhirnya era Beliau selama 5000 tahun ini akan ada lima kelenyapan, yaitu:
1). Lenyapnya pencapaian tingkat kesucian,
2). Lenyapnya Ajaran,
3). Lenyapnya pelaksanaan benar,
4). Lenyapnya simbol/bentuk luar, dan
5). Lenyapnya Relik.
Lenyapnya Ajaran berarti lenyapnya Tipitaka secara berangsur sampai tidak ada lagi orang yang mampu mengingat bahkan empat syair Ajaran Para Buddha:
“Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha”.
Tetapi selama Tipitaka masih ada secara utuh bersama kita maka kelenyapan Ajaran belum terjadi walaupun pada kenyataannya sekarang ini Dhamma-Dhamma palsu sudah mulai banyak bermunculan menjamur dan mewabah di berbagai belahan dunia memanfaatkan kesempatan dari kebodohan batin manusia yang semakin tebal. Pada saatnya nanti ketika Ajaran telah lenyap tentu saja Dhamma yang sejati tidak mungkin lagi dapat ditemukan dan pada waktu itu hanya Dhamma-Dhamma palsu dan semua ajaran yang bukan Dhamma yang dapat ditemukan. Inilah kesimpulan kita mengenai lenyapnya Ajaran.
Bertentangan dengan kesimpulan itu. ada sekelompok orang yang membentuk intepretasi mereka sendiri sebagai berikut:
"Dhamma yang sejati tidak akan lenyap dari dunia sampai munculnya Dhamma yang palsu menggantikannya. Ketika Dhamma palsu muncul maka itulah waktunya Dhamma yang sejati lenyap."
Jadi menurut mereka sekarang Dhamma yang sejati sudah tidak ada lagi karena sudah banyak Dhamma palsu menjamur di seluruh belahan dunia. Ini adalah salah satu bentuk kerancuan pandangan yang perlu diluruskan.
Ajaran Buddha yang sejati bukan lenyap karena ajaran palsu muncul dan menggantikannya melainkan karena memang masa berlakunya sudah berakhir.
Ajaran yang sejati dan ajaran yang palsu bisa saja eksis dalam kurun waktu bersamaan seperti yang sekarang tengah terjadi. Jadi jelas sekarang bahwa karena Tipitaka masih ada dalam bentuknya yang utuh maka artinya Dhamma sejati belum lenyap walaupun ada banyak Dhamma palsu di mana-mana. Ini hanyalah merupakan bagian dari pertanda proses lenyapnya Dhamma secara berangsur. Ketika tiba waktunya nanti Dhamma yang sejati lenyap maka otomatis tidak ada lagi Dhamma sejati yang dapat ditemukan manusia, tentunya yang bisa ditemukan hanyalah Dhamma palsu.
Bagi siapa saja yang mengerti arti dari kata Sammasambuddha akan merasa sangat janggal bila diminta untuk percaya bahwa Buddha Metteya lengkap dengan ciri-cirinya telah lahir di bumi ini di antara kita dengan nama lain sekitar satu abad sebelum tahun 1943. (catatan: tanggal 1 Agustus 1943 tengah hari dihitung sebagai akhir dari sistem penanggalan Kali Yuga). Tetapi ternyata ada saja sekelompok orang yang percaya demikian. Mereka bisa berpandangan demikian tentunya karena mengambil sebagian dari isi kotbah tersebut dan mengabaikan sisanya, kemudian direka-reka sesuai dengan perhitungan dan perkiraan mereka sendiri, padahal seharusnya isi dari kotbah merupakan satu kesatuan jalan cerita. Ini juga salah satu pandangan yang perlu diluruskan.
Sama seperti empat Sammasambuddha yang telah muncul di bumi yang ini, Buddha Metteya adalah juga Sammasambuddha yang berarti Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna dengan upaya sendiri tanpa bantuan makhluk lain kemudian membabarkan Dhamma kepada manusia dan dewa. Dengan demikian berarti selama Ajaran dari Sammasambuddha terdahulu masih eksis maka tidak akan mungkin muncul Sammasambuddha baru. Mengapa? Tentu saja karena bila Ajaran dari Buddha yang terdahulu masih eksis maka tidak perlu bagi calon Sammasambuddha yang bersangkutan untuk bersusah payah menemukan kembali Dhamma dengan upaya sendiri. Beliau cukup pergi ke perpustakaan lalu membaca kitab Tipitaka yang masih utuh dan lengkap atau pergi kepada bhikkhu suci yang masih hidup untuk belajar. Dan bila sekalipun kemudian calon Sammasambuddha itu mencapai tingkat kesucian tertinggi setelah membaca dan memahami Tipitaka maka Beliau tidak dapat disebut sebagai Sammasambuddha melainkan disebut sebagai Arahat Savaka Buddha yang artinya Orang yang mencapai tingkat Arahat karena belajar dari Ajaran Buddha. Jadi kesimpulannya Sammasambuddha hanya mungkin muncul pada saat dunia hampa dari Ajaran Buddha.
Mereka yang percaya bahwa Buddha Metteya telah lahir di antara kita adalah orang-orang yang sama yang percaya bahwa Ajaran Buddha sekarang ini telah lenyap total digantikan dengan Dhamma palsu. Mereka melihat semua gejala-gejala yang terjadi di dunia sekarang ini adalah sama dengan yang digambarkan oleh Sang Buddha dalam khotbahnya mengenai kehancuran moralitas seiring dengan semakin pendeknya usia manusia.
Pada kenyataannya memang benar bahwa sekarang banyak terjadi bencana alam, perang, pembantaian, wabah penyakit, kekurangan pangan, kemiskinan, kekerasan, pencurian, pembunuhan, dusta, fitnah, kata-kata kasar, membual, iri hati, dendam, pandangan sesat, berzinah dengan saudara sendiri (incest), keserakahan, pemuasan nafsu, kurang patuh pada orangtua, petapa, orangtua, dan pemimpin masyarakat.
Memang benar Dhamma palsu banyak bermunculan.
Memang benar Ajaran Buddha yang sejati semakin memudar.
Memang benar semakin banyak orang berjubah bhikkhu yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Vinaya.
Memang benar relik ada yang berpindah tempat.
Tetapi ini semua bukan otomatis berarti bahwa Dhamma sejati telah lenyap melainkan hanya merupakan bagian dari pertanda proses menuju akhir dari era ajaran Buddha Gotama sesuai dengan apa yang digambarkan dalam khotbah Beliau.
Kemerosotan moral itu semakin hari akan semakin meningkat dari segi kwalitas, kwantitas dan intensitasnya sampai satu waktu mencapai titik puncak kebobrokan dari segala segi di mana manusia tidak mungkin bisa lebih bobrok lagi daripada itu.
Jadi sekali lagi hendaknya kita pahami bahwa sekarang Tipitaka masih utuh, berarti Ajaran Buddha belum lenyap jadi tidak mungkin Buddha Metteya sudah muncul.
Apalagi dalam kotbah disebutkan bahwa kemunculan Buddha Metteya adalah pada waktu usia manusia rata rata 80.000 tahun sedangkan usia rata-rata manusia pada zaman sekarang hanya puluhan tahun saja dan semakin memendek dari waktu ke waktu dari generasi ke generasi. Artinya sekarang ini adalah periode menuju titik terendah usia manusia, yaitu 10 tahun. Setelah menyentuh titik balik terendah maka siklus usia manusia kembali bertambah secara berangsur menuju ke 80.000 tahun.